Euforia Pembangunan
Libur segera selesai di UNY. Itu artinya, mahasiswa-mahasiswa baik yang baru maupun yang bekas, eh, lama akan kembali menyemarakan kampus.
Mereka datang ke kampus dengan bermacam-macam kepentingan, seperti anggota dewan yang datang ke gedung parlemen dengan kepentingannya masing-masing. Ada yang datang untuk kuliah, bimbingan skripsi, sampai mengurus perpanjangan masa studi.
Kampus juga tempat terbaik untuk mengolok-olok pemerintahan secara demokratis dan pancasilais. Eh, efek ndengerin ceramah jendral waktu PKKMB.
Akan tetapi semua rutinitas itu menghilang, sejak DPR gagal membangun gedung baru (lol). Birokrasi kampus yang mulai bergaya seperti anggota dewan yang ngebet pembangunan agar kampusnya terlihat menawan.
Karena biaya terlalu tinggi, sedang anggaran tidak mencukupi, akhirnya ngutang ke luar negeri.
UKT dinaikan untuk membiayai pembangunan. Pohon-pohon di tebang untuk pembangunan. Biaya sewa dinaikan untuk pembangunan. Tentara dan polisi dibiarkan masuk kampus agar mahasiswa diam terus.
Membangun satu gedung belum selesai tapi sudah merancang gedung yang baru. Akhirnya, belum genap sebulan diresmikan sudah banyak tembok yang berguguran.
Katanya kampus tak punya uang, tapi banyak sekali yang diinginkan. Dari taman yang rencananya disulap jadi asrama (mangkrak), sampai laboratorium yang diperbarui (malah rusak).
Kualitas pendidikan diabaikan, yang penting kampus dapat pemasukan. Mahasiswa cuma diajari mengerjakan skripsi, sampai lupa keilmuannya sendiri.
Negeri ini punya banyak sarjana, berkeliaran di jalanan (jadi driver GoJek). Kalau kampus hanya menjadi tempat mencari gelar, lalu apa bedanya dengan pasar?
Gimana bro? Udah move on dari Mata Najwa yang diculik dari MetroTV belum? Semoga saja belum. Dan kira-kira begitulah yang akan dikatakan Najwa Shihab di akhir acara kalau diberi mandat membahas pembangunan di kampus saya tercinta.
Pembangunan yang terjadi karena latah atas program pemerintah pusat. Semenjak Jokowi punya hobi membangun, sejak itu pula kampus saya punya cita-cita mendirikan banyak gedung. Tidak peduli akan berguna atau tidak.
Pemerintah sedang gencar membangun, maka kampus juga harus membangun. Sebelumnya juga seperti itu, pemerintah mencanangkan revolusi mental, semua program kampus mendadak jadi revolusi mental. Nggak tahu revolusi mentalnya di mana, yang penting revolusi.
Dan sekarang, pemerintah mencanangkan cinta tanah air, bela negara yang kemiliter-militeran, kampus juga ikut-ikutan. Kalau lembaganya saja cuma bisa ikut-ikutan, lhanjuk sarjana-sarjananya jangan-jangan juga cuma ikut-ikutan jadi sarjana.
Eh, maksudnya gimana ya? Pokoknya mah gitu. Situ mau menyimpulkan apa, saya mah ngikut aja atuh.
sumber gambar https://www.google.co.id/search?q=laboratorium+musik+dan+tari+UNY&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjk04qB-fvVAhUCEpQKHSiLDYgQ_AUICigB&biw=1366&bih=596#imgrc=-72-iNZai9cZuM: