KETIKA DUNIA MENJADI HITAM PUTIH
- Judul : The Giver
- Genre : drama, fantasi, dan fiksi ilmiah
- Produksi : The Weinstein company
- Sutradara : Philip Noyce
- Produser : Jeff Bridges, Nicky Silver
- Penulis naskah : Michael Mitnick, Vadim Perelman
- Pemain : Jeff Bridges, Meryl Streep, Brenton Thwaites, Katie Holmes, Taylor Swift,Alexander Skarsgad, dan Odeya Rush
Sering kita merasa hidup ini penuh kebobrokan, dan memuakkan. Hanya diwarnai oleh orang-orang yang memperebutkan kekuasaan dan kekayaan. Sering sekali timbul pikiran untuk melenyapkan segala ketidaksesuaian yang ada. Namun, pernahkah kalian berpikir saat semua hal-hal buruk itu hilang dan yang ada hanya hal-hal baik, kesetaraan, dan keselaran. Dapatkah dunia ini disebut sempurna?
The Giver adalah sebuah film yang diangkat dari sebuah novel dengan judul sama karya Lois Lowry, bercerita tentang Jonas yang mendapati dirinya sebagai penerima memori di sebuah negeri di mana kenangan dan emosi ditiadakan. Sejak penobatannya sebagai “Penerima Memori” inilah, dia mulai merasakan betapa dunianya begitu tidak berwarna, hanya diisi oleh aturan-aturan yang mengekang. Dia mulai memahami bahwa dunia memiliki sisi gelap yang terkadang menyakitkan tapi justru hal itu yang membuatnya seimbang.
Philip Noyce selaku sutradara mampu menghadirkan suramnya dunia Jonas sebelum menjadi “Penerima Memori” dengan menampilkan efek hitam putih diawal film, lalu berangsur-angsur berwarna setelah Jonas menerima berbagai memori. Terdengar ganjal saat tiba-tiba Jonas mampu mengatakan bahwa warna apel yang dia pegang adalah merah. Bagaimana tokoh Jonas mampu menyebutkan warna apa yang dia lihat padahal sebelumnya dia belum pernah mempelajari hal tersebut di kehidupannya?
Penceritaan hubungan cinta antara Jonas dan Fiona yang merupakan temannya sejak kecil yang terkesan terburu-buru juga menjadi kelemahan dari film ini. Banyak penonton yang sebelumnya telah membaca versi buku dari film ini kecewa terhadap kisah cinta Jonas yang ada di versi filmnya. Bagaimana tokoh Jonas bisa mengerti kalau itu cinta sedang dia sendiri masih belajar tentang berbagai macam emosi yang sebelumnya belum pernah dia rasakan. Saya sendiri yang belum membaca novelnyapun merasa jika kisah cinta Jonas terkesan hanya menjadi bumbu cerita, seperti layaknya film-film hollywood yang lain.
Terlepas dari hal-hal di atas film ini cukup menghibur dengan efek futuristik yang ditampilkan. Lewat penggambaran memori-memori yang ditangkap oleh Jonas yang ada disepanjang film, kita diajak untuk sejenak merenung tentang keberagaman yang ada di bumi dan bagaimana menyikapinya. Film ini telah beredar di bioskop sejak 15 Agustus 2014 (Amerika serikat). Bagi kalian penyuka film fantasi bersemi fiksi ilmiah seperti Divergent dan Hunger Games, mungkin film ini patut anda tonton karena tema besar yang diambil hampir mirip. Hadirnya penyanyi country terkenal Taylor Swift juga menjadi poin tersendiri bagi film ini.
“Kehilangan, dan kesakitan, musik, kegembiraan segalanya terasa mustahil. Itulah perasaan indah akan cinta.” The Giver
Selamat menonton!
(Yumna)