Advertisement Section

Kita Melawan Wabah, Bukan Manusia

Sudah pantaskah Indonesia disebut negara teater? Pemimpin, bahkan rakyatnya ternyata banyak yang berbakat beradu peran.

Seperti kata Clifford Greetz, seorang antropolog, “Di negara teater, penguasa mengutamakan seremoni, bahkan ketika negara (kerajaan) itu hancur karena marabahaya.”

Kutipan tersebut tampaknya pantas dilayangkan untuk situasi Indonesia di tengah teror Covid-19. Manusia pun mulai jarang untuk memandang orang-orang di sekitarnya sebagai manusia. Memang tidak semua, namun cukup banyak.

Oleh-oleh Dari Menteri

Masih ingat dengan tiga pasien pertama yang dinyatakan positif Covid-19? Kini, mereka sudah dinyatakan sembuh dari virus tersebut.

Kabar yang melegakan memang. Berita tersebut lantas didengar oleh pemimpin negara yang (katanya) berhati suci untuk sekadar memberi selamat.

Bertempat di Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Jakarta, menteri kesehatan Terawan memberikan oleh-oleh untuk ketiga ‘mantan’ pasien Covid-19 tersebut. Oleh-oleh itu berupa bekal jamu yang diberikan langsung dari presiden melalui Menkes Terawan.

Ingin semua warga Indonesia melihat aksi tersebut, maka peristiwa itu diliput dan ditayangkan secara langsung oleh beberapa stasiun televisi Indonesia.

Menkes Terawan nampaknya pantas dijuluki sebagai aktor yang berbakat. Beliau bisa melakukan seremoni itu dengan senyum lebar, walaupun masyarakat serba kebingungan untuk menghadapi wabah Corona ini.

Keresahan Tenaga Medis

Mungkin memang benar, tugas (pak) menkes adalah memberikan penghargaan bagi pasien yang sembuh dari corona. Tugas kita (yang masih diberi kesadaran) adalah memberikan penghargaan serta penghormatan bagi tenaga medis ICU yang meninggal karena tertular virus corona saat sedang berusaha menangani pasien positif.

Senin, 17 Maret, seorang perawat meninggal setelah bertugas menangani pasien positif corona. Sebelumnya, perawat tersebut masuk ke kategori pasien dalam pengawasan (PDP). Mungkin, pemerintah saat ini kurang pandai dalam membagi fokus. Pasien memang sangat perlu diperhatikan, namun tenaga medis juga tak kalah penting.

Sebaiknya, pemerintah menyiapkan kebutuhan yang diperlukan tenaga medis untuk merawat pasien, seperti ketersediaan alat atau pakaian pengaman bagi tenaga medis, jangan biarkan rumah sakit bergerak sendiri untuk menyediakan semuanya, seluruh rumah sakit di Indonesia tanpa terkecuali dan tanpa diprioritaskan.

Selain itu, tenaga medis pasti merasa resah dan khawatir mengingat virus corona sudah ikut menyerang psikis masyarakat yang membuat mereka menelepon hingga datang ke rumah sakit rujukan untuk sekadar bertanya sampai melakukan tes terkait Covid-19. Maka dari itu, pemerintah juga wajib memberikan konsolidasi kepada tenaga medis yang menangani Covid-19 agar mereka mengerti langkah apa yang harus dilakukan dan tidak terjadi salah komunikasi.

Krisis Kemanusiaan

Wabah Covid-19 ini memang mengerikan. Hal itu membuat sebagian masyarakat Indonesia menjadi manusia yang serakah. penimbunan masker dan bahan makanan pokok, misalnya.

Penjualan masker dan hand sanitizer dengan harga yang tak wajar, hingga oknum nakal yang sengaja menjual beberapa kotak masker sekali pakai dalam keadaan bekas, bahkan robek.

Baru-baru ini juga terjadi peristiwa ironi di salah satu rumah sakit Indonesia. Hand sanitizer atau cairan antiseptik dicuri oleh orang yang tak bertanggung jawab. Padahal, cairan antiseptik merupakan hal yang penting di rumah sakit, mengingat ketersediaan barang tersebut semakin langka.

Pandemi ini juga memaksa manusia untuk menjadi orang yang terlalu ingin tahu. Setiap diumumkan adanya pasien terduga (suspect) corona, pasien dalam pengawasan, maupun pasien positif corona, mereka pasti mendesak pemerintah untuk mengumumkan identitas pasien serta rumah sakit rujukan mana yang dipilih.

Hal buruk bisa saja terjadi jika identitas pasien diungkap. Pasien (dalam hal ini korban) rentan dibully dan dijauhi oleh masyarakat sekitarnya. Yang paling memprihatinkan adalah bisa saja rumah sakit banyak yang menolak pasien yang terjangkit Covid-19.

Semoga rumah sakit di Indonesia tidak mengesampingkan urusan kemanusiaan. Pasien terjangkit Covid-19 adalah korban yang juga perlu perlindungan kesehatan.

Beruntung, krisis kemanusiaan di Indonesia belum benar-benar terjadi, atau bisa dibilang hampir terjadi. Buktinya, masih ada segelintir orang yang peduli akan sesama berkaitan dengan wabah Covid-19 ini.

Beberapa hari yang lalu, seorang publik figur melakukan aksi galang dana. Dalam waktu 24 jam sudah terkumpul sekitar 1 Miliar rupiah. Hasil tersebut juga pasti berkat orang-orang yang masih memiliki rasa kemanusiaan dan kesadaran hidup sebagai manusia.

Dana yang sudah terkumpul nantinya akan disalurkan dalam bentuk alat dan perlengkapan medis kepada rumah sakit yang membutuhkan guna menangani wabah Covid-19 ini. Namun, bukan berarti kita yang tidak ikut menyumbang tidak memiliki rasa kemanusiaan.

Kita bisa mulai berperilaku hidup sehat dengan sebisa mungkin tetap berada di dalam rumah. Jangan malah membuat acara berkumpul bersama teman-teman di tempat umum. [redaksi/Pandan]

– – – – –

baca Opini di lppmkretiva.com atau tulisan Indyfati lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Kuliah Online, Kangen Titip Absen
Next post Awal Menjadi Seniman: Belajar untuk Bisa Bertanya