Beban Perempuan dalam Puisi Di Depan Meja Rias
Di Depan Meja Rias merupakan salah satu dari banyak puisi Oka Rusmini. Di Depan Meja Rias sangat dengan sindiran dan kritikan puisi yang ditujukan pada kaum perempuan. Oka Rusmini sengaja memilih tema tentang realitas kehidupan perempuan untuk memberikan kritikan pada perempuan yang dianggap sebagai sebuah objek. Hal ini dapat terlihat dari judulnya yang menggambarkan perempuan yang menyesuaikan dirinya dengan kebutuhan visual di depan meja rias mereka.
Puisi yang bernuansa feminis dengan bentuk deskriptif ini, menggunakan diksi yang dapat kita temukan dalam percakapan sehari-hari. Meskipun demikian, diksi yang tergolong mudah dicapai tersebut menjadi umpan-umpan yang bermakna konotatif yang mampu menimbulkan cabang dalam pikiran pembaca. Oka Rusmini juga menambahkan unsur kekhas dalam penulisan puisinya dengan melakukan penyimpangan pada penulisan huruf kapital dalam setiap baitnya. Hal ini dapat diartikan juga bahwa Oka hendak memberikan penekanan pada kata yang mengalami penyimpangan sebagai sorotan dari umpan tersebut.
Sebenarnya apa isi dari puisi Di Depan Meja Rias ?
Puisi ini sebenarnya berisikan mengenai kritik atas perempuan yang dijadikan sebagai objek oleh laki-laki. Seperti yang sudah dibahas di atas bahwa judul sudah sangat menggambarkan isi dari puisi ini. Di depan meja rias biasanya dapat kita tebak kegiatannya seperti berkaca dan berias. Pada zaman sekarang begitu banyak tuntutan dan standar kecantikan yang harus diterima perempuan. Para perempuan mau tak mau harus mengikuti standar yang ditentukan oleh kelompok sosial. Oleh karena itu, mereka melihat diri mereka di cermin dan merias sesuai standar kecantikan yang ada.
BACA JUGA: Kritik Sosial dan Lingkungan Lewat Pementasan Nabastala
Pada kutipan “sebatang lipstik mendekat”, “Kau perlukan segenggam bedak.”, “kurebut kucairkan di awal mulai mengurai butir-butir itu untuk menutupi lubang pori-pori wajah.”, dan “Pori-pori itu diam, menikmati panasnya Sebatang pensil alis mengangkat dirinya tinggi-tinggi.” menggambarkan bagaimana perempuan merias diri mereka dengan make up untuk membuat dirinya menarik. Mereka berusaha untuk membuat diri mereka terlihat sesuai dengan standar kecantikan yang dibuat oleh masyarakat.
Stereotip mengenai penampilan perempuan tidak hanya diberikan dari sesamanya, melainkan juga datang dari lawan jenis. Pria akan memberikan standar kecantikan yang menurut mereka menarik dan perempuan hanya bisa mengikuti. Kaum pria yang memberikan itu selalu dalam bentuk ucapan yang diberi embel-embel idaman. Kebanyakan perempuan hanya akan menuruti perasaan senang pada si pria.
Pada akhir puisi terlihat adanya pemberontakan yang dialami perempuan karena standar yang dibuat merasa terperangkap dan terkekang. Perempuan yang lelah dengan segala beban standar itu kemudian berbalik arah. Mereka menyadari bahwa standar itu tidak membuat mereka bahagia sama sekali.
Lalu, apakah yang ingin disampaikan Oka Rusmini pada puisi ini?
Oka Rusmini menulis puisi ini dengan tujuan mengkritik mengenai standar bagi perempuan yang berkembang dimasyarakat. Sorotan di puisi ini terletak pada bagaimana perempuan berusaha untuk menyesuaikan diri untuk menjadi seperti yang diharapkan orang lain. Bagaimana perempuan melupakan kebahagiaan dan jati diri mereka hanya demi standar yang ada di sekitar, membuat Oka gemas. Ia berusaha keras bahwa tidak harus mengorbankan dirinya sendiri demi suatu standar atau seseorang yang dapat meninggalkannya sewaktu-waktu.
Ilustrator: Afifah Azzahra