Advertisement Section

Sisi Dewasa Seorang Anak Usia 6 Tahun: Karya Ziggy Z. yang Best Seller

Ilustrasi Ziggy Z. “Di Tanah Lada”

Siapa yang tidak mengenal Ziggy? Penulis dari Indonesia yang telah terjun ke dalam dunia kepenulisan sejak tahun 2009, tepatnya saat berusia 16 tahun. Saat ini Ziggy telah melahirkan lebih dari 30 karya. Karya-karyanya yang sedang naik daun antara lain “Jakarta Sebelum Pagi”, “Semua Ikan di Langit”, “Tiga dalam Kayu”, “Kita Pergi Hari Ini”, “Mari Pergi Lebih Jauh”, “Kapan Nanti”, dan “Di Tanah Lada”. Kali ini kita akan melakukan review salah satu buku dari Ziggy yang best seller, yaitu “Di Tanah Lada” yang terbit pertama kali pada tahun 2015. Buku ini pernah dicetak ulang pada tahun 2021 dengan sampul warna kuning ceria dan cerita yang sama. Buku ini dicetak Kembali lagi pada tahun 2024 dengan sampul hitam dan terdapat tambahan bab baru di akhir cerita.

Buku dengan tebal 289 halaman ini menceritakan lika-liku kehidupan dua anak yang bernama Salva (biasa dipanggil Ava) dan sahabat baiknya yang bernama P. Novel yang terdiri dari 12 bab ini menyajikan alur yang unik, lucu, mengharukan, dan mengajarkan makna kehidupan. Pada awalnya, cerita ini dimulai dengan berita duka dari Ava. Kakek Kia (Kakek Ava) dikisahkan meninggal pada awal cerita. Kakek tersebut dianggap sebagai sosok kakek yang menyayangi cucunya dan suka mengajarkan tentang penggunaan bahasa Indonesia baku dan penggunaan kata yang baik, bahkan Ava pernah diberi hadiah kamus Bahasa Indonesia oleh Kakek Kia. Sepanjang cerita dalam novel ini, Ava tidak terpisahkan dari kamus pemberian Kakek Kia. 

Baca Juga: Mbah Melan Sang Guru Matematika: Sosok Inspiratif Bagi Anak-Anak

Sejak Kakek Kia meninggal, Ava dan mama papanya pindah ke Rusun Nero. Petualangan pertama mereka dimulai ketika Ava dan P bertemu di warung makan yang ada di dekat Rusun Nero. P menyuapi Ava karena Ava belum bisa makan ayam sendiri. Pertemuan di warung makan ini menjadi titk awal perkenalan antara Ava dan P sebelum konflik yang terjadi pada Ava. Papa Ava diceritakan sebagai orang yang temperamental dan suka berjudi, P merasa memiliki teman yang senasib karena Ayah P sifatnya tidak jauh berbeda dari Papa Ava. Papa Ava sering membentak Mama Ava dan Ava, kata-kata yang sering diucapkan adalah kata yang kasar dan menghina. Ava dan P sama-sama memiliki ayah yang kurang baik, mereka menjadi memiliki pandangan yang kuat bahwa semua ayah di dunia adalah orang yang jahat.

Sudut pandang pada novel ini menggunakan sudut pandang orang pertama, yaitu Ava, sudut pandang seorang anak berumur 6 tahun. Ziggy dengan brilian menuliskan karakter dari sudut pandang anak-anak yang suaranya jarang didengar. Kekuatan cerita ini sangat tergantung pada percakapan dan monolog dari tokoh Ava dan P. Mereka adalah anak-anak yang dipaksa untuk dewasa sebelum umurnya dan terhambat sekolah karena hidup bersama orang dewasa yang kurang bertanggungjawab. 

Ziggy sukses menggambarkan realitas sosial yang kadang tidak terjamah seorang manusia yang hidup sejahtera. Kehidupan yang ada di lingkungan Ava dan P, masih sangat mungkin ada di kehidupan nyata. Masih banyak anak-anak yang belum bisa mendapatkan hak bersekolah dan masih ramai anak-anak yang mendapat perlakuan tidak sesuai oleh orang dewasa di sekitarnya.

Baca Juga: Thriller Night: Ketika Zombi dan Kritik Sosial Disatukan oleh Panggung

Walaupun sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang anak-anak, gaya bahasa, pemilihan diksi, dan alur pada novel ini mudah dipahami. Sangat direkomendasikan untuk pembaca yang menyukai cerita dark namun dibalut alur yang ringan dan sedikit bumbu humor. Buku ini tersedia dalam versi fisik dan e-book yang dapat ditemukan di online shop atau di toko buku terdekat.

Penulis: Voleta Marshaniswah

Editor: Nadia Asih Syafira

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Previous post Mbah Melan Sang Guru Matematika: Sosok Inspiratif Bagi Anak-Anak
Next post Museum Sonobudoyo Hadirkan Pameran Temporer “Pasar: A Glimpse Into the Past, Looking Forward to the Future”