Advertisement Section

CIP Janggel: Kerajinan Inovatif dari Tongkol Jagung

Penumpukan limbah menjadi salah satu masalah terbesar dalam penyumbang kerusakan lingkungan. Hal ini menjadi bukti bahwa sebagian besar manusia tak acuh terhadap kelestarian bumi. Akan tetapi, mahasiswa Pendidikan Seni Kriya angkatan 2020, Ade Kurniawan (21), menawarkan solusi inovatif untuk menangani permasalahan tersebut. Ia berhasil menyulap limbah tongkol jagung menjadi kerajinan ramah lingkungan yang bernilai tinggi.

Berawal dari keresahannya untuk menambah uang saku sekolah, pria asal Ngayilan, Ngargosari, Samigaluh, Kulon Progo ini telah meniti kariernya sejak tahun 2018. Ade memberi label produk dengan sebutan CIP Janggel. CIP merupakan kependekan dari Craft Imagination Product yang diibaratkan sebagai ruang untuk menuangkan inovasi kerajinan tongkol jagung. Bahkan, CIP Janggel telah didaftarkan ke dalam HAKI (Hak Atas Kekayaan Intelektual).

Bahan baku kerajinan diperoleh dari beberapa pemasok, seperti Gunungkidul, Sleman, Kulon Progo, dan Bantul. Proses pembuatan produk limbah tongkol jagung melalui proses yang cukup rumit. Mulai dari pengeringan tongkol jagung yang dilakukan selama 3—7 hari, pengampelasan, pemotongan, hingga beberapa langkah sampai produk menjadi utuh. Lamanya pengerjaan tergantung kerumitan desain setiap produk. Produk yang dihasilkan dari CIP Janggel terdiri atas lukisan dinding, miniatur, alat-alat rumah tangga, furnitur, dan sebagainya. Kerajinan-kerajinan ini dipasarkan melalui media sosial, seperti Instagram dan Shopee. Masing-masing produk dibanderol dengan harga yang cukup bervariatif. Ade mengungkapkan kepada penulis (21/07), “Kami membagi harga menjadi middle up dan middle down. Kami mematok harga menengah ke bawah mulai dari Rp8.000,00—Rp50.000,00 sedangkan middle up bisa sampai Rp6.000.000,00.”

BACA JUGA: Jurnalis Kritis Prestasi Atau Kontroversi

CIP Janggel yang dirintisnya mampu memberdayakan warga sekitar untuk mengolah limbah. Ade telah membuka lapangan pekerjaan dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat lokal pada usianya yang terbilang masih muda. Kini, Ade memiliki 6 karyawan yang membantunya dalam proses produksi kerajinan. Selain itu, ia berencana untuk melakukan pelatihan bagi narapidana dan anak-anak difabel. “Saya mau melakukan pelatihan di lapas dan anak-anak difabel. Saya ingin menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka. Selain itu, rencananya saya bakal melatih di luar Pulau Jawa,” tuturnya.

Pemilik CIP Janggel ini mendapatkan apresiasi dari Menparekraf, Sandiaga Uno, dalam Anugerah 50 Desa Wisata Terbaik di Indonesia. Selain itu, Ade pernah mengikuti Pameran Nasional di Jakarta, UMKM Unggulan DIY—Jateng, dan terpilih dalam 144 UMKM Pilihan DIY—Jateng. Keberhasilan dan keyakinan tak membuat Ade merasa puas begitu saja. Ia mencoba berbagai rencana agar produk-produknya terus berkembang. “Saya ingin mengembangkan produk-produk yang lebih inovatif. Nanti saya kolaborasikan dengan teknologi digital yang sudah ada sekarang. Saya akan membuat lampu tap yang dipadukan dengan aromaterapi, jam tangan digital, dan beberapa produk lainnya yang belum bisa saya sebutkan,” tutupnya.

Pewawancara: Alya Aulia Defyo & Deya Reni Aprilla

Sumber Gambar: Dokumen pribadi narasumber

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Kala Renjana di Ujung Titik
Next post Merah Si Pemarah