Kebakuan Berbahasa Indonesia dalam Media Cetak
Media cetak sampai saat ini masih menjadi wadah sumber informasi bagi masyarakat. Tak ayal, penulis di media cetak terus memberikan hal-hal menarik untuk mendapatkan respons positif dari para pembaca. Seperti dengan menampilkan berita yang tengah hangat diperbincangkan, sampai memanfaatkan penggunaan bahasa yang dibuat semenarik mungkin untuk mengundang perhatian publik.
Bahasa media cetak termasuk dalam ragam jurnalistik, yang cirinya sering dijumpai pada media cetak umumnya. Ciri yang paling utama yaitu komunikatif. Media cetak tentunya bersifat komunikatif yaitu menyampaikan informasi dengan lugas dan sifatnya mempengaruhi orang lain. Komunikatif bertujuan untuk menjelaskan dengan apa adanya dan mentransfer informasi lebih optimal.
Media cetak juga bersifat spesifik. Yaitu berarti memberikan penjelasan yang detail yang memenuhi unsur 5W+1 H. Tentunya jika informasi yang disampaikan tidak spesifik maka informasi yang tersedia di media cetak patut untuk dipertanyakan kebenarannya dan tulisan tersebut harus dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Spesifik juga bermakna bahwa kajian dari informasi yang disampaikan harus mendalam dan memenuhi kriteria, sehingga bisa dibaca dan diterima oleh masyarakat.
Selain itu, penulisan di media cetak hendaknya tidak mubazir dalam pemilihan dan penggunaan katanya. Penulis harus bisa menyampaikan dengan jelas dan tentunya tidak klise dalam penjelasan dan pemilihan kata. Selain itu penulis harus menghindari betul tulisan yang bertele-tele.
Penjelasan atau diksi yang bertele-tele akan berdampak pada penjelasan yang sulit dan dipahami dan terkesan kurang konsisten dalam pemahaman informasi yang akan disampaikan. Pembaca juga akan tidak tertarik jika tulisan membahas sesuatu yang tidak berkenaan dengan pokok utama yang disampaikan.
Lain halnya dengan materi yang disampaikan, media cetak juga memiliki jenis bahasa yang digunakan sendiri. Bahasa yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi yang dimaksud.
Berkedudukan sebagai bahasa tulis, media cetak harus benar-benar cermat menampilkan penggunaan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kendati demikian, media cetak sering sekali mengabaikan perihal kebakuan berbahasa Indonesia hanya karena ingin menarik minat pembaca.
Kesalahan-kesalahan kebakuan bahasa Indonesia yang sering dijumpai di media cetak antara lain, kesalahan penggunaan kata hubung. Penggunaan kata hubung yang berfungsi untuk menghubungkan antar kata, kalimat, bahkan paragraf yang bertujuan agar kalimat memiliki kesesuaian makna antar satu kalimat dengan makna kalimat lainnya.
Jika penulis salah menempatkan atau pemilihan kata hubung maka akan berdampak pada perbedaan makna yang hendak disampaikan. Selanjutnya, adalah kesalahan penggunaan kata baku. Kesalahan penggunaan kata baku akan berdampak besar terhadap bahasa Indonesia jika berlangsung terus-menerus.
Sebagai contoh, penggunaan kata “sekadar” masih dituliskan “sekedar” oleh para penulis. Penggunaan kata “sistem” masih dituliskan “sistim”. Dan masih banyak contoh kesalahan penggunaan bahasa baku. Tentu saja, jika hal ini masih terus terjadi maka pembaca akan terbiasa dengan kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baku.
Kesalahan yang lain adalah kurang tepatnya dalam penggunaan istilah. Misalnya istilah “Tangan kanan”. Istilah tersebut memiliki makna denotatif dan makna konotatif.
Makna denotatifnya adalah tangan kanan sedangkan makna konotatifnya adalah orang kepercayaan. Maka, jika terdapat kesalahan dalam penggunaannya maka kembali akan berakibat pada makna yang hendak di sampaikan.
Kesalahan penggunaan gaya bahasa yang juga sering menjadi permasalahan pada penulisan di media cetak terkait kebakuan berbahasa Indonesia. Penggunaan gaya bahasa atau majas yang tidak sesuai penempatan jenis tulisan maka akan berdampak kelirunya sebuah tulisan.
Jika penulisan di media cetak menggunakan kata-kata mendayu-dayu seperti yang terdapat dalam puisi tentu sangat tidak tepat. Informasi-informasi yang hendak disampaikan tidak akan langsung diserap oleh para pembaca.
Atas alasan tersebut pula, maka kebakuan berbahasa Indonesia harus dipahami betul-betul agar media cetak tetap para koridor yang semestinya. Media yang tetap menyampaikan berita-berita terkini namun tetap memperhatikan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Kaidah-kaidah tersebut meliputi, kaidah tata tulis atau ejaan, kaidah pemilihan kata atau diksi, serta kaidah struktur kalimat. Semua kaidah tersebut perlu diperhatikan dengan baik untuk meminimalisir kesalahan-kesalahan yang ada pada penulisan di media cetak yang telah di paparkan di atas.
Meskipun terkadang penggunaan tata tulis, ejaan, diksi, hingga gaya bahasa yang baku yang sesuai pedoman kebakuan yang benar belum awam di telinga masyarakat namun tetap saja hal itu harus dipupuk sejak sekarang. Agar lebih terbiasa dan tidak salah lagi dalam penggunaannya.
Meskipun tidak lepas dari status media cetak yang notabene dibaca oleh semua kalangan, maka hal itu bisa menjadi langkah awal untuk memperkenalkan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di mana pun dan kapan pun.