Advertisement Section

Pesta Sastra Buka Pintu KMSI

IMG-20160404-WA0008
Jumat (1/4) Rini KMSI ketika tampil monolog.

Tak seperti malam biasanya, lorong GK III (1/4) malam itu ramai dijubeli orang-orang yang ingin menikmati suguhan acara dari KMSI. Sastra Buka Pintu, demikianlah nama acara yang diusung oleh KMSI (Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia) yang memang setiap tahun diawal pergantian kepengurusan pasti diagendakan acara sastra buka pintu, yang kemudian akan ditutup di akhir kepengurusan akhir nanti. SBP yang digawangi oleh anak-anak BSI 2015, menggunakan tema “Pesta Sastra” yang sebenarnya memiliki filosofi mengajak penonton untuk selalu berbahagia.
Saat ditemui di belakang panggung, koor acara Nisa Maulan Shofa menuturkan alasan pengambilan tema Pesta Sastra, “SBP tahun ini tuh mengusung tema pesta sastra, kami tuh pengennya yang datang itu bahagia. Acara ini emang gak mewah, tapi intinya kami mengajak semua yang datang untuk berbahagia. Kami bahagia, kalian bahagia, kita semua bahagia”, tuturnya. Jargon acara SBP malam itu memang “kami bahagia, kalian bahagia, kita semua bahagia”.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, KMSI memang dikenal sebagai jurusan yang jika mengadakan acara selalu menggunakan dresscode hitam atau warna gelap. Tahun ini, panitia SBP yang merupakan angkatan baru, ingin memberikan sentuhan berbeda yaitu dengan menggunakan dresscode putih yang menyimbolkan keceriaan. ”Pengennya kita tuh ceria gitu, ini kan sastra buka pintu kita tuh pengennya buka lembaran baru, KMSI itu pengen suasana yang baru”, tambah Nisa.
Jika menilik tempat yang digunakan untuk SBP tahun ini, memang sangat unik. Lorong GK III mereka pilih sebagai tempat berlangsungnya acara. “Dari awalnya emang pengennya juga milih yang tempatnya out door. Kan akhir-akhir ini hujan, tadi awalnya mau di depan GK IV yang ada pohon beringinnya. Cuma, buat mengkondisikan kalo ntar hujan biar kita gak cari tempat-tempat lain gitu. Jadi, akhirnya milih di sini tuh biar semi out door gitu”, jelas Nisa. Pemilihan tempat yang tidak biasa ini juga sempat membuat penonton menerka-nerka akan seperti apa panggung yang ada. Dan ternyata acara bisa dilangsungkan dengan lancar.
Pendapat berbeda diutarakan oleh koor Perkap Fahri Zulfikar saat ditanya pemilihan Lorong GK III sebagai tempat berlangsungnya acara. “Konsepnya memang kita sengaja memilih yang berbeda karena Labkar, Stage tari, itu udah mainstream. Jadi,  kita lebih memanfaatkan sudut-sudut lain dari FBS untuk dimanfaatkan sebagai ruang kreativitas bagi kita yang mau bikin acara”, ungkap Fahri. Lorong FBS yang sedikit sempit juga masuk dalam konsep yang sudah mereka pikirkan secara matang, “Justru itu, konsepnya emang lorong yang sempit dan dibikin gelap supaya dapet suasana yang romantis” tambah Fahri.
Acara berlangsung dari pukul 19.00 sampai 22.00 WIB. Walaupun sedikit mengalami keterlambatan, acara tetap berlangsung dengan lancar, “Alhamdulillah semuanya tuh baik-baik saja, lancar. Kendala yang ada tuh biasa paling ada miss komunikasi sedikit, tapi ya langsung bisa diatasi”, tutup Fahri mengakhiri wawancara.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Ketika Cinta Datang
Next post Pentas Drama ‘Mega Mega”: ‘Ngeplak Wong-Wong Sing ‘Gak Nduwe Ati’