Advertisement Section

Tulisan Tidak Serius tentang Bakat-bakat Hantu

Adakah di antara kita yang menyadari bakat-bakat yang dimiliki oleh hantu? Adakah di antara kita manusia yang mampu mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki mereka?

Ada kuntilanak yang bisa terbang. Iya kan? Iya ada pokoknya. Aku membayangkan ada perempuan rambut panjang yang hobinya gentayangan. Selain itu, kuntilanak juga suka glendotan di pohon. Aku mau tanya. Apakah kuntilanak bisa manjat pohon? Kalau bisa, apa dia nggak takut nanti auratnya kelihatan? Kan dia pake daster to?

Terus, kenapa gelagat kuntilanak selalu digambarkan ketawa malam-malam? Satu hal yang sampai sekarang masih aku risaukan, apakah kuntilanak dan sundel bolong memiliki hubungan yang erat, atau mereka punya penata gaya yang sama? Kalau dilihat-lihat sekilas, tampilan visual kuntilanak dan sundel bolong nyaris sama. Rambut panjang ikal berantakan yang terurai, daster putih kotor, yaa begitulah. Walaupun fisik belakang mereka berbeda, tapi tetap saja mereka sekilas sama.

Bagaimana jika suatu waktu ada orang yang melihat sosok wanita dengan ciri di atas sedang duduk di ranting pohon? Si orang berteriak, “Kuntilanak! Kuntilanak!” Satu kampung geger dan setelah diselidiki dengan mendatangkan pemuka agama, ternyata dia adalah sundel bolong. Nggak kasihankah kalian dengan kuntilanak yang tertuduh, dan juga perasaan sundel bolong yang ternyata kalah pamor dari kuntilanak?

Terus, ada pocong yang kerjaannya cuma loncat-loncat nggak jelas. Mukanya nggak kelihatan. Kalaupun kelihatan, biasanya muka pocong udah hitam gosong dengan mata merah. Duh, sudah tak bisa jalan buta pula! Haha! Kadang aku kasihan dan sesungguhnya selalu kasihan kalau pocong muncul di film atau video-video amatir. Dia harus loncat buat menghampiri manusia, padahal kan manusianya yang butuh kehadiran si pocong. Hah! Memang dasar ya manusia! Kalau soal eksistensi untuk menemukan yang ‘begituan-begituan’ suka nggak mikir-mikir lagi posisi lawan mainnya.

Terus ada tuyul yang sering dituduh nyolong uang manusia. Padahal, untuk apa coba? Aku belum pernah menemukan bukti otentik bahwa hantu-hantu membutuhkan alat pembayaran di dimensinya. Lalu, kalau memang tuyul tertangkap warga alias terjebak sedang memegang uang milik manusia, siapa yang harus disalahkan?

Aku tahu. Jelas aku tahu.

Ya manusia yang nyuruh dia nyolonglah alias yang ngingu si tuyul. Edan po dirinya sendiri? Kenapa dia harus nyuruh tuyul nyolong? Kan tuyul masih anak-anak yang masih buta kebenaran. Ya pastilah dia ngikutin perintah orangtua. Daripada disuruh nyolong, mending tuyul diajak imunisasi biar dia ada pertumbuhan yang signifikan. Nggak kecil-kecil terus begitu.

Tulisan ini ditulis penulis tanpa pikiran, jadi jangan bersusah payah untuk mengoreksi logika tulisan ini. Sebab, hanya akan membuat pikiran Anda terkuras. Percayalah!

baca KLENENGAN di lppmkreativa.com atau tulisan Arsy lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post “Bahasa dan Sastra Indonesia” KTM atau “Sastra Indonesia” Bu Wiyatmi?
Next post Adhe Ma’ruf dan Kreativa Ngobrolin Penerbit Indie