Advertisement Section

Hujan: Perjuangan dan Keikhlasan

Penasaran dengan kisah Lail yang berusaha menghilangkan dan melupakan ingatannya tentang hujan? Simak ulasan resensi dari novel ”Hujan” karya Tere Liye 🙂

“Bukan melupakan yang jadi masalahnya, tetapi menerima. Barang siapa bisa menerima, ia bisa melupakan dan hidup bahagia. Jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan bisa melupakan.”

Hujan—Tere Liye

IDENTITAS BUKU

  1. Judul buku : Hujan
  2. Pengarang : Tere Liye
  3. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
  4. Kota terbit : Jakarta
  5. Tahun terbit : Cetakan pertama, Januari 2016
  6. Deskripsi fisik : 320 halaman, 23 cm

SINOPSIS

Novel ini bercerita tentang seorang gadis umur 13 tahun bernama Lail yang ingin menghilangkan ingatannya tentang hujan. Seorang bernama Elijah membantu Lail untuk menghapus ingatannya tersebut. Namun sebelum menghapus memori tersebut, Elijah bertanya pada Lail mengapa ia harus mengahapus ingatan tentang hujan.

Semuanya berawal dari kisah Lail yang akan berangkat sekolah bersama ibunya naik kereta bawah tanah. Pada saat itu tiba-tiba saja muncul suara gemuruh yang berasal dari gunung berapi. Gunung itu pun meletus, menghancurkan kota tempat tinggal Lail dan membunuh ibu Lail di depan mata Lail sendiri. Bagaimana dengan ayah Lail? Ayah Lail juga meninggal di tempat kerjanya yang berada di dekat pusat letusan. Peristiwa itu membuat Lail kehilangan orang-orang yang ia cintai. Hujan pertama akhirnya turun membawa Lail pada kesedihan.

Sekarang Lail menjadi seorang anak yatim piatu. Beruntung pada saat itu Lail diselamatkan oleh Esok, seorang anak laki-laki berumur 15 tahun. Setelah kejadian itu mereka harus tinggal bersama di pengungsian. Keempat kakak Esok meninggal saat letusan terjadi. Ibu Esok juga menjadi korban dari letusan tetapi tidak meninggal hanya saja kaki ibu Esok harus diamputasi.

Esok dan Lail menjadi teman baik. Hampir satu tahun Lail dan Esok tinggal bersama di pengungsian. Mereka berdua sering membantu petugas pengungsian. Hingga akhirnya pemerintah menutup tempat pengungsia, membuat Lail dan Esok terpisah. Lail dan kawankawannya akan pindah ke panti sosial sedangkan Esok dan ibunya akan tinggal bersama dengan orang kaya dan Esok disekolahkan di kota.

Di panti sosial, Lail mempunyai teman baru bernama Maryam. Lail dan Maryam tumbuh bersama. Maryam menjadi tempat Lail berbagi cerita. Suatu ketika, Maryam tahu bahwa Lail memiliki perasaan kepada Esok. Maryam juga suka menggoda Lail ketika Lail mulai cemburu mengenai kedekatan Esok dengan Claudia, adik angkat Esok. Lail terkadang rindu dengan Esok. Mereka sebenarnya memiliki jadwal rutin untuk bertemu minimal sebulan sekali. Namun, Esok mulai sibuk dengan kuliahnya membuat pertemuan itu menjadi berkurang. Esok semakin lama tak kunjung ada kabar. Akhirnya Maryam mengajak Lail mendaftarkan diri sebagai anggota relawan supaya tidak terlalu memikirkan Esok.

Lail mulai sibuk dengan kegiatannya sebagai anggota relawan. Kesibukannya mampu mengalihkan rindunya pada Esok. Esok datang mengunjungi Lail dengan mengenakan topi pemberian Lail dan sepeda merah miliknya. Lail selalu menunggu hari dimana ia bisa bertemu dengan Esok hingga hal itu menyita waktu Lail yang selalu memikirkan tentang Esok. Suatu ketika keadaan bumi mulai kacau sehingga manusia harus segera keluar dari bumi.

Esok selama ini ikut andil dalam sebuah pekerjaan membuat kapal luar angkasa yang akan membawa manusia ke luar dari bumi. Esok membocorkan rahasia kepada Lail bahwa tidak semua orang dapat naik kapal itu. Esok adalah teknisi dari kapal itu dan sudah dipastikan ia dapat naik kapal itu. Esok memiliki tiket yang bisa membawa Lail untuk ikut naik kapal bersamanya. Hanya saja ternyata hal itu diketahui oleh wali kota yang merupakan ayah dari Claudia. Wali kota meminta pada Lail untuk memberikan tiket itu kepada Claudia padahal Lail sama sekali tidak tahu perihal tiket yang dimiliki Esok. Lail bersedih jika ia harus tinggal di bumi tanpa kehadiran Esok.

Baca Juga: Si Putih: Konspirasi Pandemi dalam Novel Fantasi

Suatu hari sebelum pengumuman resmi dari pemerintah, Lail sama sekali belum mendapat kabar tentang Esok. Hatinya bimbang menunggu kabar dari Esok. Ia merasa bahwa Esok lebih mencintai Claudia dibanding dirinya. Hal ini membuat hati Lail semakin kalut. Detikdetik menjelang penerbangan kapal, Lail memutuskan untuk pergi ke ruang modifikasi ingatan. Ia ingin menghilangkan beban dan menghapus ingatannya tentang hujan. Esok tidak dapat menghubungi Lail. Begitu juga dengan Lail, ia sama sekali sudah pasrah dan ingin segera menghapus ingatannya. Esok yang mendengar kabar bahwa Lail akan menghapus ingatannya segera berlari pergi dan menerobos ruang modifikasi ingatan.

Detik-detik penghapusan ingatan ini merupakan hal yang sangat menegangkan bagi Esok. Alat modifikasi tidak dapat dihentikan. Lail memeluk erat seluruh kenangan menyakitkan yang terjadi pada dirinya sehingga benang merah berubah menjadi biru. Lail tidak melupakan Esok. Begitu pula dengan Esok yang akan tetap selalu bersama Lail di bumi. Elijah, fasilitator Lail, menyimpulkan bahwa bukan melupakan yang menjadi masalah, tetapi hal menerima.

ANALISIS

Novel ini ringan dan mudah dipahami oleh pembaca. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa yang sederhana sehingga dapat dengan mudah dicerna oleh pembaca. Halamannya juga tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Alurnya tidak membosankan. Jalan ceritanya sama sekali tidak dapat ditebak dan penuh dengan kejutan. Ending cerita ini benar-benar plot twist. Novel ini tidak memiliki daftar isi di dalamnya serta dibalik novel juga tidak ada sinopsis seperti novel-novel yang lain membuat novel ini terlihat lebih menarik. Cover depan dan belakang novel ini juga sangat menarik.

Penggambaran tokoh kurang kuat, seperti pada Lail. Lail adalah salah satu tokoh utama dalam novel ini tetapi segala hal yang ia lakukan hanya mengikuti arahan dari Maryam saja. Lail di sini bukanlah sebagai inisiator melainkan menjadi tokoh yang selalu mengikuti ajakan temannya.

Dalam novel ini menyatakan bahwa, “Secanggih-canggihnya teknologi tidak ada yang dapat menandingi kuasa Tuhan.” Tetapi penulis sama sekali tidak menempatkan tokoh dalam suasana religius. Tidak ada satupun yang membahas mengenai aktivitas keagaaman yang ada hanyalah pembahasan mengenai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Novel ini memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan. Namun, terlepas dari hal tersebut novel ini sangat menarik untuk dibaca oleh semua orang. Novel ini pasti akan banyak digemari oleh remaja karena banyak bumbu-bumbu romantis dalam kisah cinta antara Lail dan Esok. Tidak hanya mengenai cinta, novel ini juga menceritakan tentang kecanggihan teknologi di masa depan dan keadaan bumi yang mulai kacau. Novel ini dapat membuat pembaca berimajinasi mengenai dunia masa depan.

Novel ini mengajarkan kita hal berjuang dan menghargai. Ada satu kutipan menarik yang diucapkan oleh Elijah, “Bukan melupakan yang jadi masalahnya tetapi menerima. Barang siapa bisa menerima, dia bisa melupakan, hidup bahagia. Jika dia tidak bisa menerima, dia tidak akan pernah melupakan.”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Sweet Home: Serial Netflix yang Duduki Peringkat 1 di 8 Negara
Next post Berkenalan Antar Maba Lewat Platform?