Mengapa Masyarakat Indonesia Minim Kemanpuan Berbahasa Inggris?
LPPM KREATIVA – Bagaimana bisa berbahasa Inggris kalau ngomong dalam bahasa Inggris saja dibilang, “Sok Inggris lu!” Zaman semakin berkembang, globalisasi semakin pesat. Dunia seakan tak ada batasnya. Bahasa Inggris semakin marak digunakan.
Akan tetapi, dilansir dari World Review, kemampuan berbahasa Inggris orang Indonesia hanya sebesar 473, terindikasi rendah dibandingkan negara lain yang tidak berbahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka.
Lalu, mengapa orang Indonesia minim berbahasa Inggris?
Selain karena lingkungan yang tidak suportif dengan belajar Bahasa Inggris, sebenarnya hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Baca juga: BEM KM UNY dan Wardah Campus Road Show Berdayakan Perempuan melalui Sekolah Aktivis Perempuan
1. Status sosial dan ekonomi
Status sosial dan ekonomi dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam mempelajari suatu bahasa asing. Sedangkan negara bisa dikatakan sebagai negara maju apabila pendapatan per kapita minimum terpenuhi sebesar $12.375 per tahun, sedangkan Indonesia (2023) memiliki pendapatan per kapita $4.325.
Kemudian apakah hal tersebut bisa berdampak dalam kemampuan berbahasa asing seseorang?
Saya pikir, iya. Karena kita masih berada pada tahap negara berkembang dan bisa dikatakan negara “miskin.” Hal tersebut yang bisa memengaruhi sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk golongan bawah atau lower class tidak memiliki keinginan untuk belajar Bahasa Inggris.
Pekerjaan bisa menjadi salah satu faktor orang tidak belajar bahasa Inggris. Pekerjaan mungkin saja tidak menuntut mereka untuk berbahasa Inggris, jarang, bahkan tidak sama sekali. Hal tersebut berdampak terhadap minimnya kemampuan berbahasa Inggris sebagian besar masyarakat Indonesia dan berakhir mereka tetap berada pada zona nyamannya.
Baca juga: Pentingnya Manajemen Kesehatan Mental bagi Mahasiswa
Faktor ekonomi juga sangat berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa Inggris. Bandingkan dengan anak yang sudah disekolahkan di sekolah swasta, mereka dituntut menggunakan bahasa Inggris setidaknya pada waktu-waktu tertentu.
Berbeda dengan anak-anak yang bersekolah di daerah terpencil atau sekolah negeri, yang mana kita tau tidak semaju sekolah swasta dalam penyusunan kurikulumnya. Mampu berbahasa Inggris sejak dini adalah suatu privilege dibandingkan mereka yang tidak belajar bahasa Inggris.
2. Motivasi
Motivasi sangat berpengaruh bagi seseorang untuk belajar bahasa baru. Motivasi juga dapat dipengaruhi oleh lingkungan di mana mereka tinggal dan bergaul. Apabila seseorang memiliki kehidupan “monoton” atau lingkungannya tidak mendukung untuk berkembang, tentu ia tidak memiliki motivasi untuk belajar Bahasa Inggris. Hal ini berhubungan dengan pekerjaan seseorang atau di mana anak itu bersekolah.
Baca juga: PILKADA 2024: Peran Mahasiswa Terhadap Politik Uang
Sebagai contoh, anak-anak yang bersekolah di tempat yang mengharuskan mereka untuk bisa bahasa Inggris, mereka mau tidak mau harus bisa untuk berbicara bahasa tersebut, dan sebaliknya.
3. Exposure
Kurangnya motivasi dapat menyebabkan kurangnya exposure terhadap hal-hal yang berbau bahasa Inggris. Sebagai contoh, mendengarkan musik. Genre musik mungkin saja bisa dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan sosial.
Bagi orang yang bisa dibilang sulit untuk mendapatkan “pendidikan,” mereka tidak terbiasa untuk mendengarkan musik dalam Bahasa Inggris. Mereka akan lebih sering untuk mendengarkan musik dari bahasa daerah mereka.
Namun, hal tersebut tidak hanya bisa terjadi pada orang dengan akses pendidikan yang sulit. Tidak menutup kemungkinan, orang yang mudah mendapatkan akses pendidikan mendapatkan banyak exposure dengan hal-hal yang berbau bahasa Inggris.
Bisa saja mereka mendengarkan musik atau menonton film dalam bahasa Inggris, namun tidak ada keinginan untuk mempelajarinya, melainkan untuk bersenenang-senang semata.
4. Culture
Your language is your culture. Bahasa yang kita gunakan dan kemampuan seseorang dalam berbahasa akan membentuk kultur seseorang. Sebagai contoh, orang yang sangat berhubungan dengan kultur Jawa atau orang yang sangat kejawen.
Frekuensi penggunaan bahasa jawa otomatis menjadi sangat sering dan bahkan sangat jarang seseorang memiliki motivasi untuk belajar bahasa lain, terutama bahasa Inggris. Hal itu dapat dikarenakan lingkungan yang hanya berfokus pada satu bahasa, yaitu bahasa Jawa itu sendiri.
Baca juga: Rasa yang Terlalu Dalam
5. Confidence
Sebagian orang sebenarnya sudah memiliki motivasi dan exposure yang cukup, tetapi terkadang mereka tidak memiliki kepercayaan diri untuk mengaplikasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari. Orang yang berbicara atau mengunggah sesuatu menggunakan bahasa Inggris akan dianggap “sok inggris” oleh sebagian masyarakat Indonesia.
Hal tersebut mungkin bisa menjadikan seseorang menjadi enggan untuk belajar bahasa Inggris. Untuk apa belajar bahasa Inggris jika pada akhirnya akan di-judge sok Inggris, grammar belepotan.
Padahal hal tersebut lumrah, apalagi ketika seseorang memang tidak belajar bahasa Inggris secara formal dan masih belajar. Jika orang yang kita ajak bicara saja mengerti, kenapa harus di-judge?
Baca juga: Hubungan Kekeluargaan antara Kanker Ovarium dan Kanker Testis
Kelima hal tersebut adalah beberapa faktor yang dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam bahasa Inggris. Seiring berjalannya waktu dan globalisasi, kemampuan berbahasa Inggris menurut saya harus dikuasai oleh masing-masing individu.
Sangat penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan yang suportif untuk belajar bahasa Inggris. Karena kalau tidak mau belajar, kita akan tertinggal.
Penulis: Rahmalia Asty Ananta
Editor: Hana Yuki