Advertisement Section

Deaf Republic: Dunia Sunyi Ciptaan Ilya Kaminsky

Deaf Republic (republik tuna rungu) adalah dunia yang benar-benar sunyi. Tak ada segerombolan ibu-ibu yang sibuk bergosip, presiden berpidato atau politisi yang berdebat di televisi. Gambaran dunia real yang acapkali kita jumpai setiap hari itu dihilangkan Ilya Kaminsky, dalam kumpulan puisi drama karangannya, Deaf Republic.

Dunia yang membuat orang bahagia karena tidak mengetahui di belahan dunia lain sedang terjadi perang. Dunia, di mana tidak ada orang yang berbicara tanpa bertatap muka. Dunia, di mana sepasang remaja tak bisa pacaran dengan cara LDR (long distance relationship).

“Silence [hening] adalah sebuah keputusan [yang ditemukan],” tulis Ben Wilkinson dalam ulasannya tentang Deaf Republic yang diterbitkan The Guardian. Keputusan itu akhirnya disampaikan Kaminsky ke dalam sebuah buku puisi drama yang digunakan sebagai bentuk perlawanan orang-orang yang tak dapat bicara.

Renungan seorang tuli, yang membuat pembacanya berpikir bagaimana seorang yang tak dapat mendengar (dalam pengertian yang sebenarnya), melakukan pemberontakan melalui sebuah buku.

“Kaminsky, yang tak bisa mendengar, membuat warga negara [dalam Deaf Republic] berbicara dengan gerakan tangan dan tanda-tanda – beberapa di antaranya menggunakan tanda baca dan menghidupkan puisi-puisi itu – karena mereka menentang dunia [yang penuh] kesalahpahaman dan kekerasan militer,” tulis Kevin Young di The New Yorker.

Hal tersebut merupakan kritik terhadap orang-orang yang pada umumnya dapat berbicara dan mendengar dengan baik, namun kerap melakukan kesalahpahaman yang berujung konflik. Dan Kaminsky, memberikan solusi untuk mengantisipasi konflik yang disebabkan oleh kesalahpahaman saat berkomunikasi, yakni bahasa isyarat.

Solusi yang jitu, tetapi juga sembarangan. Sebab yang demikian itu akan membuat peradaban manusia berjalan mundur.

Di Latar Belakangi Pengalaman Pribadi

Bukan sekadar dijadikan media untuk menyampaikan ide-ide kreatifnya, Deaf Republic karya Ilya Kaminsky, mengandung nilai-nilai kemanusiaan dan sejarah yang panjang, yang tak dapat dilepaskan oleh latar belakang pengarangnya.

Ilya Kaminsky, yang lahir di Odessa (sekarang bagian Ukraina), yang masuk kekuasaan Uni Soviet, pada 1977 kehilangan pendengaran di usia 4 tahun akibat konflik bersenjata yang terjadi di negaranya. Ia yang  mendengar dentuman keras setiap hari, mengakibatkan kerusakan gendang telinga dan kesulitan mendengar, sampai akhirnya benar-benar tuli.

Tak berhenti di situ, ia bersama keluarganya melarikan diri ke Amerika Serikat untuk mencari suaka akibat krisis anti-semit antara orang-orang Ukraina dan Rusia, pasca runtuhnya Uni Soviet di tahun 1993. Sejak itu, ia tak pernah kembali dan kehilangan tanah kelahiran.

Pengalaman hidpnya itu diramu sedremikian rupa dan disampaikan oleh Kaminsky ke dalam puisi-puisinya yang disebut Kevin Young, sebagai perlawanan seorang tuna rungu. Perasaan kehilangan, terusir dan dicampakan, membuatnya beranggapan bahwa dunia yang ditempati tak cocok untuknya, sehingga mengimpikan sebuah negeri yang sunyi, di mana penduduknya seperti Kaminsky, yang tuna rungu.

Ia pun menghimpun kata demi kata menjadi kalimat yang luar biasa, menciptakan sebuah dunia yang secara satir menyindir keadaan politik dunia terkini. “Deaf Republic, secara imajinatif berhasil, menggunakan kata tuli sebagai metafora yang diperluas, ketika suara-suara menuntut dan kebenaran menjadi “berita palsu,” tulis Kevin Young.

Namun, karya Ilya Kaminsky itu sebenarnya bukan tanpa celah, masih banyak hal-hal yang beluum tersampaikan dengan baik, yang bisa jadi merupakan bagian yang paling penting. Bagian itu seperti tanggapan Kaminsky, terhadap konflik yang terjadi akibat salah paham, alih-alih berdiam diri dan membiarkannya begitu saja.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.

Previous post Federic Chopin: Cinta dalam Imaji Komposer Romantis
Next post Surat Keputusan (SK) Turun dadakan, Jadwal TM Berubah