Advertisement Section

Malam Pembubaran MPS

MPS (Malam Perjamuan Sastra) merupakan sebuah komunitas di FBS yang resmi ada sekitar bulan Maret atau April 2011. Setiap Jumat malam MPS mengadakan  kegiatan rutin berupa pemutaran dan diskusi film, pembacaan puisi, diskusi kesastraan dan menerbitkan buletin berkala “MolotoV”. Komunitas yang pertama kali diketuai oleh M. Qadhafi itu secara resmi membubarhancurkan diri pada Jumat 20/11.  

            “Pembubaran secara resmi ini memiliki makna simbolik, yang  berarti apakah  bisa menjadi stimulus untuk generasi di bawah kita, atau apa. Interpretasi setiap orang berbeda-beda,” jelas Avesina Wisda selaku panitia acara.

            Pembubaran tersebut dilaksanakan karena respon mahasiswa sekarang terhadap MPS mengalami dekadensi bahkan degradasi. MPS menyebut generasi mahasiswa sekarang sebagai generasi dekaden. Avesina  yang juga selaku ketua penggiat MPS pada masanya mengatakan, “Mungkin menurut kita semua generasi sudah berbeda, anak-anak sekarang tidak mau masak telo atau kacang sendiri,” jelasnya saat diwawancarai di sudut Pendopo Tedjokusumo.

            Mengenai anggapan dekadensi generasi sekarang, Avesiana menjawab, “Mahasiswa sekarang tidak mendapatkan rumahnya sendiri. Mau ke PKM ngapain, apakah hanya untuk rapat-rapat. Apa yang akan didapatkan katakanlah untuk 10 tahun ke depan. Rumah kan ada keluarga, nah siapa saja keluarganya. Kalau kita sudah lulus, sudah menikah, pasti akan datang ke rumah lagi.” MPS telah merencanakan pembubaran sekitar empat bulan yang lalu dan baru dua bulan ini bergerak.

            Meskipun MPS dibubarkan, namun diskusi-diskusi sastra dalam komunitas harus tetap berlangsung di lingkungan kampus FBS. “Harus ada komunitas lain. Apakah penting atau tidak wadah-wadah seperti itu, jadi renungan kita bersama.  Kita belajar seperti itu kan tidak bisa sendiri, kalau tidak bakat,” ucap Avesiana. Ia mengharapkan generasi sekarang untuk lebih nakal, nakal pemikirannya dan lebih kritis.

Acara yang dimulai pukul 19.00 WIB dihadiri  oleh mahasiswa, seniman, dan komunitas sastra se-Yogyakarta. Semua area Pendopo terisi penuh, saat performance MPS dimulai. Adapun acara yang ditampilkan tersebut yaitu  battle puisi, musik akustik, wayang dan pidato kebudayaan. Acara tersebut dimeriahkah oleh Sprei Biru, Sasmita, The Simple Life, dan yang lain. Pidato kebudayaan disampaikan oleh Rozi Kembara, Dendy Cipto, dan Pungkas D. Singaraska.

            Meskipun generasi tua mendominasi dalam acara Pembubaran MPS, numun tidak kalah antusiasnya Akmal, generasi muda yang juga menjadi  pengisi acara turut berkomentar dalam acara ini, ”Mungkin kakak-kakak MPS berfikir kalau mereka gerbong terakhir, sedangkan kita adalah gerbong-gerbong baru dengan teknologi lebih mutakhir”. Semoga ! (Indah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post SUARA FBS MASIH BERLAKU
Next post LESTARIKAN BUDAYA, LEWAT TARI