Mata Kuliah Kewirausahaan, Tumbuhkan Minat dan Kreativitas

Senin (19/12), FBS mengadakan agenda tahunan sebagai follow up adanya mata kuliah Kewirausahaan berupa Bussines Day. Agenda yang berlangsung di Gedung Kuliah 1 dan Pendapa Tedjokusuma ini diikuti oleh semua mahasiswa dari berbagai jurusan di FBS, baik mahasiswa semester tiga maupun mahasiswa semester lima yang mengambil mata kuliah ini.

Hal yang unik dan menarik dari mata kuliah ini ialah konsep-konsep yang dibangun oleh dosen-dosen pengampu mata kuliah dan diterapkan pada pembelajaran di kelas. “Konsep mata kuliah kewirausahaan ialah untuk menumbuhkan spirit tentang kewirausahaan,” tegas pak Herman singkat, dosen pengampu mata kuliah Kewirausahaan jurusan Pendidikan Bahasa Perancis

Mengenai konsep tersebut, dijelaskan pula bahwa mata kuliah ini tidak ada hubungannya dengan membuat produk atau inovasi baru. Akan tetapi, apa yang disebut dengan “kreativitas” dituntut di situ dalam rangka meningkatkan daya kreativitas mahasiswa sendiri. Kreativitas yang dimaksud di sini ialah bagaimana setiap mahasiswa memunculkan ide atau gagasan tentang usaha tanpa lebih mengutamakan perolehan keuntungan yang besar. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Pak Herman bahwa, tidak ada hubungan saat ini untuk mendapat keuntungn besar, tetapi untuk belajar bagaimana membuat ide itu laku. Jadi kalau seumpamanya hari ini tidak laku tidak apa-apa, karena bisa ada hari lain. Tidak mungkin seorang menjual produk terjual habis dalam satu hari dan itu tidak belajar.

Setingkat lebih mendalam berkaitan dengan konsep mata kuliah kewirausahaan terletak pada objeknya. Objek yang ditangani oleh para dosen tidak semata-mata dalam bentuk mahasiswa itu sendiri, akan tetapi lebih kepada sesuatu yang disebut sebagai “jiwa”.

“Yang sedang kita tangani adalah jiwa . orang yang tadinya idenya hanya sekedar ide dan tidak ada gunanya untuk orang lain, dengan mata kuliah ini kalau bisa ide itu bisa tertuang dalam wujud-wujud yang jelas. Bisa berguna untuk orang lain, untuk dirinya sendiri dan kehidupannya lebih lanjut,” terangnya.

Berbicara tentang konsep tidak lepas juga dari sesuatu yang disebut indikator penilaian dalam mata kuliah ini. Menurut Pak Herman, indikator yang digunakan untuk mata kuliah ini berupa indikator kualitatif. Artinya tidak bisa kita lihat dari produk yang mereka buat tetapi nanti dari diskusi yang kita jalani di kelas. Melihat indikator yang diterapkan tersebut, semakin menguatkan pendapat sebelumnya bahwa mata kuliah ini lebih dinilai pada prosesnya, bukan sekedar laku atau tidaknya produk mahasiswa yang diperdagangkan di agenda Bussines Day.

Tidak hanya dosen pengampu saja yang memaparkan hal ini. Gita, salah satu mahasiswa Pendidikan Bahasa Perancis juga mengaku bahwa mata kuliah ini mengajarkan pada dirinya untuk melatih dan mengembangkan jiwa kewirausahaan. Selain hal tersebut, konsep yang dipaparkan oleh dosen pengampu, ternyata senada dengan mahasiswanya, yaitu memberikan motivasi baru tentang bagaimana seorang mahasiswa membuat usaha untuk mengembangkan kreativitas.

“Kalau saya katakan mereka menjadi pembisnisnya tidak juga karena untuk satu mata kuliah dua SKS menyulap dari orang biasa menjadi pembisnis kan terlalu naif. Berperilaku lebih baik artinya mereka menghargai ide mereka sendiri . dia punya ide dia punya pemikiran dan dia bisa menghargai idenya sendiri dan ia bisa membuat idenya yang sekecil itu menjadi besar dengan mendayagunakan dirinya dan orang lain. Jadi ya sederhana sekali, bukan sesuatu yg muluk2, hanya sekitar kita sendiri. Yang tadinya tidak bisa jujur bisa jujur karena belajar di kewirausahaan. Yang tadinya tidak menghargai dirinya sendiri bisa menghargai diri sendiri”. Jelas dosen jurusan Pendidikan Bahasa Perancis.

Anik Mariyani

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post SENGKARUT PEMILWA UNY
kreativa.com Next post Parade Teater Jurusan PBSI 2016, Resmi Ditutup