Perjamuan Khong Guan: Jawaban Atas Hilangnya Ayah Khong Guan
Judul : Perjamuan Khong Guan
Penulis : Joko Pinurbo
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Halaman : 140
Tahun Terbit : 2020
ISBN : 978-602-06-5758-7
“Maaf, saya
sedang
berbahagia.
Negara
dilarang
masuk
ke dalam hati saya.”
(Ayah Khong Guan, 2019)
Dari tahun ke tahun seringkali kita dihantui rasa penasaran mengenai keberadaan ayah keluarga Khong Guan. Wafer dan biskuit legendaris yang menjadi favorit semua kalangan.
Siapa sangka, pada awal tahun 2020 ini Joko Pinurbo merilis buku terbarunya yang berjudul Perjamuan Khong Guan. Di mana kita akan dibuat tersenyum ketika menemui sang ayah hanya dengan membuka lembar pertama. Sedikit nyeleneh, namun cukup mengobati rasa penasaran yang lama terpendam.
Dalam bukunya, penyair yang sering disapa Jokpin ini mengajak para pembaca untuk menikmati sebuah perjamuan dengan cara yang tak biasa. Kepingan-kepingan puisi khas Jokpin kembali ia suguhkan pada Perjamuan Khong Guan, membuat buku ini semakin menarik dan enak untuk dinikmati.
Kosakata yang ia pilih terlihat ramah, gaya penulisannya unik, serta diksi yang ia gunakan pun benar-benar menyenangkan. Tak lupa, kehadiran Ayah Khong Guan yang turut memeriahkan perjamuan istimewa ini berhasil menciptakan efek kejut dan nilai-nilai yang dekat dengan kehidupan sekitar.
Selain menghadirkan sosok Ayah Khong Guan, Jokpin juga menyelipkan idiom-idiom yang cukup menggilitik. Khsusus pada buku ini, dirinya sampai menciptakan karakter Minnah untuk mengisi salah satu bab. Katanya, ia terinspirasi dari aktris Korea yang bernama Bang Min Ah. Hasilnya pun cukup menghibur dan membuat kita lebih peka pada lingkungan yang sering kita abaikan.
Melalui buku ini, saya menemukan kesederhanaan, keterbukaan, kebahagiaan, kerinduan, cinta dan toleransi. Semua itu tersedia pada 81 puisi yang Jokpin bagi ke dalam empat kaleng (sebagai pengganti kata bab) pada buku Perjamuan Khong Guan. Banyak puisi yang ditulis secara jenaka, tapi mengandung nilai moral yang ngena. Cocok kita jadikan sebagai bahan refleksi diri di tengah kesibukan dunia yang tak kunjung berakhir.
Sebagai salam penutup, saya akan membagikan salah satu puisi Jokpin dengan satir yang luar biasa. Judulnya adalah Doa Orang Sibuk yang 24 Jam Sehari Berkantor di Ponselnya.
Tuhan, ponsel saya
rusak dibanting gempa.
Nomor kontak saya hilang semua.
Satu-satunya yang tersisa
ialah nomorMu
Tuhan berkata:
Dan itulah satu-satunya nomor
yang tak pernah kausapa.
(Jokpin, 2018)
Bagaimana, sudahkah anda mengingat Tuhan? [redaksi/Pandan]
– – – – –