Advertisement Section

Ruang Perubahan

Sepi. Sepi tapi juga kacau. Ah! Ya jelas saja banyak yang bosan dan memutuskan untuk resign, pikirku.

Wajah-wajahnyaada yang ramah dan ada yang tidak, dan kebanyakan cantik, hanya ada satu yang tampan. Dan entah, itu melegakan hatiku. Tunggu. Bukan karena bagaimana atau apa, tapi bersyukur masih ada kaum laki-lakinya.

Itu adalah kesan pertama yang aku rasakan di Kreativa. Kalau boleh jujur, memang tidak sesuai ekspektasiku. Kiraku d isini adalah lembaga pers yang menyenangkan dan menantang dengan segala kejadian-kejadian yang akan kita liput.

Ribuan orang baru akan kita temui untuk dimintai keterangan. Dan kita akan sibuk di suatu lokasi  untuk bersama-sama berdiskusi dan dilanjutkan menulis berita dan memrosesnya menjadi koran. Wah. Benar, ini berlebihan.

Tahun ini adalah tahun pertamaku menjadi anggota di Kreativa. Sebagai orang baru, aku ini terlalu muluk-muluk dan cerewet, ditambah ekstra sok tahu. Serasa ingin mengubah dunia saja melalui organisasi ini.

Januari, Februari, Maret, dan seterusnya, tidak kusadari bahwa aku telah berproses di organisasi yang pada awalnya kukutuk setengah mati ini. Kami bikin buletin. Bersama tim, 14 orang. Pusing dan bosan.

Sebenarnya bukan hal yang berat menyelesaikan satu tanggungan teks selama sebulan, termasuk proses penemuan informasinya ya. Tapi, memang malas. Salahku sendiri, tidak pernah ikut pelatihan yang diadakan ketika magang, wajar saja bila semua menjadi sulit.

Dan lagi, akhirnya waktu dan kemauanku untuk membuka mata adalah kuncinya. Di sini, mereka semua juga tengah berproses dan belajar. Aku anggap organisasi ini setengah ‘membeku’  awalnya tapi lama-lama aku sadar, Kreativa sedang mencoba bangkit.

Kalau ada pilihan, ya mungkin membangkitkan atau dibangkitkan. Mana yang akan kamu pilih? Ah, tapi ini hanya soal perpindahan imbuhan, hampir sama dengan mencintai atau dicintai. Duh, jangan bahas ini.

Aku jadi merasa beruntung karena tidak punya pilihan. Kalau kata Albert Einstein, seperti sepeda kita harus terus bergerak supaya hidup tetap seimbang.

Jadi, aku akan bergabung dengan kawan-kawan lain di sini, untuk membangkitkan Kreativa. Aku jadi bersemangat, tidak hanya diam dan membiarkan yang lain bekerja, dan aku terima jadi-biar organisasi ini dibangkitkan oleh yang lain.

Akhirnya, di bulan-bulan terakhir, kami disadarkan akan perlunya menulis. Terutama mengisi website yang udah dibikin lama tapi ndak ada isinya. Hehehe. Pelan-pelan, berkat bimbingan kakak Suntama dan Simbah yang mengaku ingin menebus dosanya, aku dan kawan-kawan tim Aksara mulai belajar menulis.

Pertama-tama adalah, hanya menulis, menuliskan apa pun yang dipikirkan dan terpikirkan. Kalau aku, hanya menulis tanpa memikirkan kaidah kepenulisan yang ada, menulis otomatis untuk menulis, hingga akhirnya terbiasa. Lalu, di hari berikutnya, mulai melatih untuk memainkan kata, memilah kata yang tepat untuk suatu kalimat.

Setelah itu, akhirnya, kami terjun ke lapangan, meliput guys! Inilah mengapa aku dengan lancang menyebut tahun ini adalah tahun reformasi di Kreativa. Dan aku merasa aku harus terlibat di momen penting ini!

Akhirnya kami disibukkan juga dengan diskusi, liputan, dan menulis. Meskipun belum banyak, tapi we did it, harus diapresiasi dong! Aku pun melihat, ternyata teman-temanku tumbuh dengan cepat kemampuan menulisnya. Dan aku merasa masih stuck, mungkin kembali lagi ke fitrahku sebagai seorang April: pemalas, huhuhu.

Sudah ya, aku tidak ingin mengeluh lagi, kalian akan bosan. Waktu berlalu begitu cepat. Tahun 2017 is over. Setahun kemarin, banyak pengalaman yang aku dapatkan di sini. Kemalasanku dalam menulis mulai menyusut.

Sayang sekali, kalau tahun depan kembali sepi dan beku.

Kalau Pramoedya yang mengalami pengasingan yang sangat berat di Pulau Buru saja tidak pernah surut dari menulis dan meyakini potensi kemanusiaan tiap pribadi yang merdeka dan mau mendengarkan hati nuraninya, seharusnya kita lebih bersemangat.

Satu lagi, melihat dan mengetahui ada pembaca tulisanku saja sudah menggelorakan. Aku tidak sabar dengan kelanjutan proses di sini. Sebelum ambisi-ambisi yang lain, sepertinya aku akan memermak diri dulu, di ruang ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Previous post Catatan Empat Bulan Pulang ke Kreativa
Next post Pigura Maheswari: Tiga Hari Tari di TBY